Pemudik Wajib Waspadai Pembiusan
Menjelang hari raya Idul Fitri, warga ibu kota diminta tetap waspada dan selalu berhati-hati terhadap aksi kriminalitas. Pasalnya, selama bulan Ramadhan aksi kriminalitas cenderung meningkat.
Jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal, selain itu jika berpergian pastikan rumah sudah dikunci dan terus dijaga oleh petugas keamanan setempat
Jika pada awal Ramadhan kerap terjadi aksi perampokan maupun perampasan, kini mendekati lebaran pelaku tindak kriminal mulai menyasar rumah kosong (rumsong) serta kejahatan bius yang biasanya kerap dialami para pemudik.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan, tingkat kejahatan selama bulan Ramadhan cenderung meningkat. Biasanya para pelaku tindak kejahatan memanfaatkan waktu sahur dan solat tarawih untuk beraksi. "Biasanya kesempatan ini dimanfaatkan oleh para penjahat, selain itu mereka juga beraksi saat sahur," ujar Rikwanto, Kamis (17/7).
Awasi Tarif Bus Mudik, Petugas Dishub MenyamarDikatakan Rikwanto, target utama yang menjadi sasaran adalah rumah kosong yang biasanya ditinggal pemiliknya saat salat tarawih. Namun, seminggu menjelang lebaran target biasanya bergeser kepada para pemudik di stasiun dan terminal.
Dia melanjutkan, selama bulan puasa, pihaknya memang melakukan operasi cipta kond
isi dan tentunya akan semakin tinggi dengan operasi ketupat jelang lebaran. Untuk itu, dia meminta masyarakat waspada dengan maraknya aksi kejahatan. "Jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal, selain itu jika berpergian pastikan rumah sudah dikunci dan terus dijaga oleh petugas keamanan setempat," tuturnya.Selain pembobolan rumsong, pihaknya juga mengimbau kepada para pemudik untuk berhati-hati terhadap aksi pembiusan dan hipnotis. Aksi ini biasanya terjadi di terminal, bandara maupun stasiun kereta. "Biasanya mereka mengincar pemudik yang membawa barang banyak," katanya.
Dalam melakukan aksinya, pelaku melakukannya dengan modus menawarkan minuman. Pelaku terlebih dulu mengajak calon korbannya untuk mengobrol. Korban kemudian ditanya-tanya kemana tujuan mudiknya. "Setelah korban merasa nyaman dengan pembicaraan mereka, lalu korban ditawari minuman kaleng. Biasanya, minuman yang ditawarkan itu jenis minuman kopi dalam kemasan kaleng," ungkap Rikwanto.
Karena jenis minuman kopi bisa menyamarkan obat bius dengan rasa pahitnya. "Kopi kan rasanya sedikit pahit, sehingga tidak berasa atau tercium obat biusnya jika menggunakan kopi," ucapnya.
Obat yang dicampurkan sebagai obat bius biasanya CTM dalam jumlah yang banyak. CTM ini lebih dulu dijadikan bubuk, lalu dimasukkan ke dalam kaleng dengan cara melubangi kaleng sebesar diameter paku. Kaleng lalu ditutup lagi dengan menggunakan alumunium foil. "Jangan pernah terima minuman dari orang tidak dikenal. Lebih baik bawa bekal dari rumah," sarannya.